SKETSA PEMIKIRAN
JOHN DEWEY
Pertanyaan dasar sebagai titik pijak:
mana yang lebih fundamental: ilmu pengetahuan atau
berpikir?
Berpikir. Ilmu pengetahuan hanyalah produk dari proses
berpikir yang sudah disistematisasi.
Kapan orang berpikir?
Sejak bayi.
Setiap kali bayi menangis, ibu datang. Lama-lama ia
melihat relasi antara menangis dan kedatangan ibu. Bayi ingin supaya ibu
datang, maka ia menangis. Ia sudah dapat membuat kesimpulan. Dengan itu, ia
sudah dapat mengarahkan hidupnya.
Dengan berpikir, manusia tumbuh (to grow).
Konsekuensi bagi pendidikan.
1. Pendidikan semestinya membantu anak supaya dapat berpikir
sendiri sehingga dapat mandiri dalam mengembangkan seluruh potensinya.
2.
Tujuan
pendidikan = tujuan hidup, yaitu to grow
(bukan to develop)
3.
Pertanyaan
mengenai apakah pendidikan harus berpusat pada guru atau murid samasekali tidak
relevan karena yang penting adalah membantu anak untuk dapat berpikir
sendiri.
4. Harus ditemukan basis baru bagi pendidikan: bukan guru
dan bukan murid.
Basis
baru itu apa?
Pengalaman
Apa
itu pengalaman?
1. Pengalaman: interaksi antara individu dengan
lingkungannya (fisik dan sosial).
2. Karena berupa interaksi, ada 2 unsur fundamental dalam
pengalaman: aktif dan pasif. Hanya salah satu unsur saja bukanlah pengalaman.
3. Nilai pengalaman: refleksi: melihat relasi antara unsur
aktif dan pasif.
4. Refleksi = berpikir.
5. Mengerti arti pengalaman = mengerti relasi antara
kedua unsur itu.
6. Dengan mengerti relasi itu orang dapat mengarahkan
pengalaman selanjutnya, atau orang dapat sengaja mengarahkan suatu proses untuk
mencapai tujuan tertentu.
7. Pengalaman betapapun remehnya dapat menjadi titik pijak
untuk berpikir secara efektif (Contoh: Newton kejatuhan buah apel: inspirasi untuk
merumuskan teori gravitasi).
Apa syarat supaya orang dapat berpikir secara efektif
(bukan menghafal, bukan mengulang)?
kalau ada masalah.
Mengapa?
1. Masalah mendorong orang untuk berpikir secara orisinil
dan kreatif agar menemukan pemecahan (bukan hanya menghafal atau mengulang apa
yang sudah pernah dikatakan orang pada masa lampau). Itu berarti ada unsur
kebaruan.
2. Orang terdorong untuk menggunakan segala kemungkinan
(pengetahuan, buku, fantasi, teman, hafalan, pendidik, pakar dst) untuk
memecahkan masalah. Pengetahuan dst hanyalah sarana untuk memecahkan masalah (instrumentalisme).
Apa itu pendidikan?
1. Definisi pendidikan: „rekonstruksi atau reorganisasi
pengalaman yang menambah arti pengalaman dan yang memperbesar kemampuan
untuk mengarahkan pengalaman berikutnya.“
2. Di situ tercakup 3 dimensi waktu: masa lampau, masa kini
dan masa yang akan datang.
3.
Pembelajaran:
membentuk the ability to learn from
experience.
4.
Pendidik
perlu mendampingi anak to learn how to
learn (tekanan pada metode berpikir dan memperoleh pengetahuan, bukan isi
pengetahuan).
5.
Metode:
metode berpikir reflektif atau yang dikenal sebagai problem solving method dalam kelompok.
6. Mengapa dalam kelompok?
Rangsangan efektif untuk tumbuhnya seluruh potensi secara
integral terwadahi di situ: potensi
a. psikologis: ketekunan, kesabaran, ketelitian, daya juang,
rasa ingin tahu, minat, fantasi, keberanian, rasa percaya diri, dst
b. intelektual: berpikir, observasi, memori, penilaian, analisis,
logika, komparasi, membuat kesimpulan dst
c. sosial: komunikasi, leadership,
kesetaraan, argumentasi, pelayanan, demokrasi, keadilan, persaudaraan,
kebebasan, tanggung jawab, dst
d. moral: keadilan, cinta, keberanian, daya tahan,
ketabahan, penguasaan diri, kebijaksanaan, dst.
e. fisik: pengalaman langsung dengan objek-objek konkret
dengan hasil yang konkret, problem teratasi, tindakan direalisasikan.
Bagaimanakah langkah-langkah metode berpikir reflektif
atau metode pemecahan masalah?
1. Penemuan masalah
2. Pembatasan masalah
3. Pencarian kemungkinan jawaban-jawaban
4.
Pilihan
jawaban yang terbaik (hipotesis)
5.
Pengujian
jawaban yang terbaik itu dalam eksperimen
Syarat-syarat untuk dapat berpikir secara reflektif:
harus ada:
1. pengalaman (seluas jagad sejauh bisa dijangkau manusia)
2. data
3.
kemungkinan
untuk membuat suatu kesimpulan sementara
4. kemungkinan untuk menguji kesimpulan itu
(Konsekuensi-konsekuensi pemikiran Dewey dalam pendidikan sampai detailnya
ke berbagai mata pelajaran tidak dibahas di sini karena keterbatasan tempat).
0 komentar:
Posting Komentar