Kamis, 04 September 2014

SKETSA PEMIKIRAN JOHN DEWEY

SKETSA  PEMIKIRAN  JOHN  DEWEY

Pertanyaan dasar sebagai titik pijak:
mana yang lebih fundamental: ilmu pengetahuan atau berpikir?
Berpikir. Ilmu pengetahuan hanyalah produk dari proses berpikir yang sudah disistematisasi.

Kapan orang berpikir?
Sejak bayi.
Setiap kali bayi menangis, ibu datang. Lama-lama ia melihat relasi antara menangis dan kedatangan ibu. Bayi ingin supaya ibu datang, maka ia menangis. Ia sudah dapat membuat kesimpulan. Dengan itu, ia sudah dapat mengarahkan hidupnya.

Dengan berpikir, manusia tumbuh (to grow).

Konsekuensi bagi pendidikan.
1.      Pendidikan semestinya membantu anak supaya dapat berpikir sendiri sehingga dapat mandiri dalam mengembangkan seluruh potensinya.
2.      Tujuan pendidikan = tujuan hidup, yaitu to grow (bukan to develop)
3.      Pertanyaan mengenai apakah pendidikan harus berpusat pada guru atau murid samasekali tidak relevan karena yang penting adalah membantu anak untuk dapat berpikir sendiri.
4.      Harus ditemukan basis baru bagi pendidikan: bukan guru dan bukan murid.

Basis baru itu apa?
Pengalaman

Apa itu pengalaman?
1.      Pengalaman: interaksi antara individu dengan lingkungannya (fisik dan sosial).
2.      Karena berupa interaksi, ada 2 unsur fundamental dalam pengalaman: aktif dan pasif. Hanya salah satu unsur saja bukanlah pengalaman.
3.      Nilai pengalaman: refleksi: melihat relasi antara unsur aktif dan pasif.
4.      Refleksi = berpikir.
5.      Mengerti arti pengalaman = mengerti relasi antara kedua unsur itu.
6.      Dengan mengerti relasi itu orang dapat mengarahkan pengalaman selanjutnya, atau orang dapat sengaja mengarahkan suatu proses untuk mencapai tujuan tertentu.
7.      Pengalaman betapapun remehnya dapat menjadi titik pijak untuk berpikir secara efektif (Contoh: Newton kejatuhan buah apel: inspirasi untuk merumuskan teori gravitasi).

Apa syarat supaya orang dapat berpikir secara efektif (bukan menghafal, bukan mengulang)?
kalau ada masalah.

Mengapa?
1.      Masalah mendorong orang untuk berpikir secara orisinil dan kreatif agar menemukan pemecahan (bukan hanya menghafal atau mengulang apa yang sudah pernah dikatakan orang pada masa lampau). Itu berarti ada unsur kebaruan.
2.      Orang terdorong untuk menggunakan segala kemungkinan (pengetahuan, buku, fantasi, teman, hafalan, pendidik, pakar dst) untuk memecahkan masalah. Pengetahuan dst hanyalah sarana untuk memecahkan masalah (instrumentalisme).


Apa itu pendidikan?
1.      Definisi pendidikan: „rekonstruksi atau reorganisasi pengalaman yang menambah arti pengalaman dan yang memperbesar kemampuan untuk mengarahkan pengalaman berikutnya.“
2.      Di situ tercakup 3 dimensi waktu: masa lampau, masa kini dan masa yang akan datang.
3.      Pembelajaran: membentuk the ability to learn from experience.
4.      Pendidik perlu mendampingi anak to learn how to learn (tekanan pada metode berpikir dan memperoleh pengetahuan, bukan isi pengetahuan).
5.      Metode: metode berpikir reflektif atau yang dikenal sebagai problem solving method dalam kelompok.
6.      Mengapa dalam kelompok?
Rangsangan efektif untuk tumbuhnya seluruh potensi secara integral terwadahi di situ: potensi
a.       psikologis: ketekunan, kesabaran, ketelitian, daya juang, rasa ingin tahu, minat, fantasi, keberanian, rasa percaya diri, dst
b.      intelektual: berpikir, observasi, memori, penilaian, analisis, logika, komparasi, membuat kesimpulan dst
c.       sosial: komunikasi, leadership, kesetaraan, argumentasi, pelayanan, demokrasi, keadilan, persaudaraan, kebebasan, tanggung jawab, dst
d.      moral: keadilan, cinta, keberanian, daya tahan, ketabahan, penguasaan diri, kebijaksanaan, dst.
e.       fisik: pengalaman langsung dengan objek-objek konkret dengan hasil yang konkret, problem teratasi, tindakan direalisasikan.

Bagaimanakah langkah-langkah metode berpikir reflektif atau metode pemecahan masalah?
1.      Penemuan masalah
2.      Pembatasan masalah
3.      Pencarian kemungkinan jawaban-jawaban
4.      Pilihan jawaban yang terbaik (hipotesis)
5.      Pengujian jawaban yang terbaik itu dalam eksperimen

Syarat-syarat untuk dapat berpikir secara reflektif: harus ada:
1.      pengalaman (seluas jagad sejauh bisa dijangkau manusia)
2.      data
3.      kemungkinan untuk membuat suatu kesimpulan sementara
4.      kemungkinan untuk menguji kesimpulan itu


(Konsekuensi-konsekuensi pemikiran Dewey dalam pendidikan sampai detailnya ke berbagai mata pelajaran tidak dibahas di sini karena keterbatasan tempat).

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright 2009 KAMPUS